Semarang – 7 Mei 2025, Presiden Monasmuda Institute kembali menjadi sorotan publik setelah berbagai kalangan menilai kepemimpinannya gagal membawa perubahan signifikan bagi negara. Kritik tajam muncul lantaran selama masa jabatannya tidak terlihat adanya kegiatan konkret maupun inovasi baru yang mampu menjawab tantangan zaman.
Beberapa masyarakat menyebutkan bahwa Presiden Monasmuda Institute lebih banyak terjebak dalam retorika ketimbang langkah nyata. "Kami belum melihat satu pun terobosan besar yang dilakukan. Bahkan kegiatan rutin pemerintahan pun terkesan stagnan," ujar seorang yang enggan disebut namanya.
Tak hanya soal kinerja, polemik juga menyeruak lantaran masa jabatan presiden tersebut disebut telah melebihi batas waktu yang diatur dalam konstitusi MI. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai komitmen terhadap prinsip demokrasi dan akuntabilitas lembaga.
"Jika seorang pemimpin tidak menghormati batas waktu kekuasaannya, maka itu adalah bentuk pelanggaran etika organisasi dan bisa memicu ketidakpercayaan publik," kata Luqman
Desakan agar Presiden segera mengakhiri masa jabatannya dan dilakukan pemilihan kepemimpinan baru kian menguat di berbagai kalangan.
0 Komentar