Ticker

6/recent/ticker-posts

PROFIL MONASH INSTITUTE (MI)

A.     Awal berdiri
Degradasi semangat kejuangan mahasiswa dan kualitas kader organisasi kemahasiswaan membuat Dr. Mohammad Nasih, seorang ilmuwan, akademikus (mengajar di Program Pascasarjana Ilmu Politik UI, FISIP UMJ, dan Wakil Direktur Bidang Akademik  Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan [STEBANK] Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Jakarta), dan juga aktivis sosial-politik, menjadi sangat prihatin. Kesimpulan mengenai degradasi tersebut ia tarik dari pengalaman mengajar di berbagai perguruan tinggi dan memberikan pelatihan-pelatihan di berbagai organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan.
Pengalaman dalam dunia pendidikan dan sosial-politik juga membukakan perspektif bahwa Indonesia sedang mengalami masalah yang cukup berat. Memperbaikinya secara lebih akseleratif merupakan sebuah keniscayaan, agar Indonesia tidak menjadi semakin tertinggal oleh negara-negara lain. Untuk itu, diperlukan dua strategi sekaligus, yaitu: struktural dan kultural. Jalan struktural adalah jalan politik yang untuk itu diperlukan stok pemimpin-pemimpin politik yang memiliki kecerdasan multidimensional dengan kecerdasan spiritual sebagai tumpuan utama. Namun, karena lembaga-lembaga yang sesungguhnya berfungsi untuk melahirkan pemimpin ternyata juga mengalami disfungsi, maka diperlukan jalan kultural, di antaranya berbentuk lembaga pendidikan alternatif yang didesain sebagai “kawah candradimuka” untuk melahirkan pemimpin yang berkualitas untuk masa depan. Mereka inilah yang diharapkan akan mengisi lembaga-lembaga politik formal yang saat ini dikuasai oleh orang-orang berkualitas medioker.
Karena itu, pada pertengahan tahun 2009, Nasih berinisiatif untuk mengumpulkan para pemimpin aktivis mahasiswa yang rata-rata sudah menjalani separuh masa studi di Semarang dan memberikan pembinaan secara lebih intensif dengan materi dasar pembangunan paradigma perjuangan dan jurnalistik. Upaya ini menunjukkan hasil cukup signifikan. Tidak sedikit peserta program ini yang kemudian menjadi aktivis yang berprestasi dalam studi, lebih bersemangat dalam menjalani aktivisme, dan mampu menuangkan gagasan secara impresif di berbagai media massa, baik lokal maupun nasional. Keberhasilan program ini kemudian memicu Nasih untuk melakukan pembinaan secara lebih intensif lagi, kepada lebih banyak kader, dan diberikan sejak awal masuk kuliah. Bersama dengan Mukharrom Asysyabab dan Ristam Matswaya yang juga merupakan aktivis-aktivis mahasiswa dan pemuda, ia mempersiapkan desain rumah perkaderan untuk melahirkan pemimpin masa depan pada medio 2010. Dengan pertimbangan sederhana bahwa biasanya yang mendirikan lembaga atau yayasan sosial adalah politisi yang telah purna bakti dengan menggunakan nama sendiri sebagai nama lembaga, maka lembaga pendidikan yang dibentuk diberi nama Monash Institute. Kata Monash merupakan singkatan dari Mohammad Nasih. Kata Monash sesungguhnya sudah ditemukan sejak lama, ketika pemilik nama menempuh pendidikan di pesantren. Karena sandal jepitnya sering dighashab (dipakai tanpa izin) oleh beberapa temannya dan kemudian hilang tanpa ada yang bertanggung jawab, maka dipahatkannya suku kata MO di sandal kiri dan NASH di sandal kanan. Dan panggilan ini kemudian melekat, terutama pada saat kuliah. Di samping karena nama ini terasa enak didengar, keberanian untuk menjadikan nama sendiri sebagai nama sebuah lembaga adalah untuk memelopori pembuatan rekam jejak kepada kaum muda.
Dalam desain perkaderan di Monash Institute, para kader binaan harus menghafalkan al-Qur’an dan menguasai bahasa asing. Untuk itu, diperlukan mentor-mentor yang mampu melatih para kader binaan membiasakan diri dengan al-Qur’an dan mempraktikkan bahasa asing tersebut.Dikirimlah 3 orang mahasiswa tingkat akhir (Mansur Syarifuddin, Faedurrahman, dan Attabik Imam Zuhdi) untuk mengikuti kursus Bahasa Inggris di Pare, Kediri. Bersamaan dengan itu, pengumuman rekrutmen kader yang akan diberi beasiswa oleh Monash Institute untuk kuliah di IAIN Walisongo Semarang dilakukan. Kampus ini menjadi pilihan, karena pertimbangan biaya kuliah yang paling murah.
Untuk mengawali program ini, dengan pertimbangan kekuatan pendanaan yang tidak banyak di satu sisi dan efektifitas kaderisasi di sisi lain, direkrut 20 orang calon kader yang diseleksi dengan sistem yang telah dipersiapkan secara khusus. Dengan segala dinamikanya, proses kaderisasi berjalan dan jumlahnya ditambah dengan 5 orang kader yang sesungguhnya tidak memenuhi kualifikasi dengan tujuan untuk mengetahui kecocokan sistem program pembinaan yang diterapkan untuk mengakselerasi kemampuan mereka. Untuk tempat tinggal dan belajar para kader, disewa dua rumah; satu untuk tempat tinggal kader perempuan dan satu lagi untuk laki-laki dengan lokasi yang berhadap-hadapan. Pendanaan kaderisasi ini bersumber dari zakat pribadi pendiri lembaga dari hasil tebu yang ditanam di lahan warisan orang tua di Rembang seluas kira-kira 5 hektar.
Di bawah kepemimpinan Muhammad Abu Nadlir sebagai direktur, dan Mokhamad Abdul Aziz sebagai direktur eksekutif, Monash Institute menerapkan kaderisasi super intensif. Dan untuk melakukan akselerasi yang lebih tinggi lagi bagi peningkatan kualitas kader, Monash Institute mensinergikan program pendidikan dan pelatihannya dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan yang telah memiliki jaringan sosial politik kuat. Dengan model ini, para kader binaan Monash Institute memiliki kualitas tinggi tidak hanya dalam aspek teoritik, tetapi juga dalam konteks praktik.
Monash Institute membangun paradigma inklusif kepada para kader binaan. Secara spesifik, profil kader yang ingin dilahirkan adalah kader hybrid yang mampu memahami segala keberagaman entitas umat dan bangsa, terutama di Indonesia. Wawasan keummatan dan kebangsaan senantiasa dibangun dengan kokoh. Dengan wawasan dan pemahaman yang luas, diharapkan para kader Monash Institute tidak gagap dalam menjalin hubungan, kerja sama, dan sinergi dengan berbagai pihak yang memiliki keunikan-keunikan dan ketika nantinya harus berada di dalam wadah perjuangan apa pun yang bisa dijadikan sebagai sarana aktualisasi diri dan perbaikan umat dan bangsa. Dengan demikian, mereka bisa melakukan perjuangan secara lebih leluasa dan optimal.
Proses kaderisasi di Monash Institute mendapatkan semangat lebih besar, karena beberapa tokoh intelektual dan aktivis sosial politik level nasional yang memiliki agenda di Semarang, diundang untuk mampir ke Monash Institute dan memberikan motivasi kepada para kader. Dengan pengasramaan, pengondisian para kader untuk berkumpul dan mendapatkan pencerahan dari para tokoh menjadi sangat mudah dilakukan tanpa pandang waktu, bahkan tengah malam atau menjelang fajar sekalipun. Di antara tokoh yang pernah memberikan motivasi di Monash Institute adalah Fachry Ali (Pendiri LP3ES), Chusnul Mari’iyah, Ph.D. (Mantan Anggota KPU 2001-2007), Dr. Abdul Mu’ti (Sekretaris PP Muhammadiyah), Dr. Aries Muftie (Ketua Masyarakat Ekonomi Syari’ah), Soetrisno Bachir (Pengusaha muslim) dan Chumaidi Syarif Romas (Mantan Ketua Umum PB HMI, dosen UIN SUKA, Yogyakarta). Bahkan pernah juga John Lid Miller, seorang doktor dan praktisi hukum dari Universitas Chicago, bersama puteranya Alvin Sulaiman mengagendakan secara khusus untuk belajar membaca al-Qur’an di Monash Institute. Terjadi semacam barter ilmu. Para kader Monash Institute mengajarkan al-Qur’an. Sebaliknya, John dan Alvin mengajarkan praktik berbahasa Inggris. Pelajaran penting yang didapatkan dari kejadian ini adalah pembangunan paradigma bahwa selama ini seolah-olah orientasi pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah Amerika, sehingga banyak pelajar dan mahasiswa Indonesia berburu ilmu pengetahuan ke sana.Namun, di Monash Institute, kebiasaan itu bisa dikatakan terbalik. Ini menjadi momentum tersendiri untuk menanamkan kepercayaan diri para kader, bahwa mereka sesungguhnya juga memiliki sesuatu yang dibutuhkan oleh orang lain yang menyadarinya.
Di tengah-tengah upaya melakukan kaderisasi yang memerlukan tenaga, pikiran, dan juga pendanaan yang makin membesar, muncul Dody Firman Noorcahya dan Zaki Mubarak, dua teman lama Nasih di organisasi kemahasiswaan. Dody yang juga mantan aktivis dan pernah bersama-sama Nasih menjalani aktivitas sebagai instruktur pelatihan-pelatihan kaderisasi di berbagai kampus di Semarang pada tahun-tahun menjelang sampai peralihan millenium ketiga, ternyata masih memiliki semangat lama dalam melakukan kaderisasi dan memiliki panggilan yang sama untuk terus membangun dan melahirkan kader berkualitas. Dengan bantuan Dody, yang telah memiliki usaha konstruksi baja ringan yang cukup mapan inilah, keperluan beras bagi para kader binaan di Monash Institute relatif tidak pernah mengalami masalah. Tidak lama setelah itu, Gatot Salahuddin, seorang mantan aktivis yang juga telah menjadi pengusaha di Jakarta mampir ke Monash Institute dan memberikan perhatian sangat besar kepada perkembangan kaderisasi Monash Institute dengan memberikan motivasi dan juga bantuan pendanaan dari zakat pribadinya. Muncul kemudian Zaki Mubarak, seorang dokter yang juga teman seperjuangan pada saat menjadi mahasiswa di Semarang pada awal tahun 2000.
Pada tahun-tahun berikutnya, Monash Institute melakukan rekrutmen kader-kader baru dengan jumlah yang lebih banyak dan kualifikasi yang terus ditingkatkan. Keberhasilan pembinaan ini memberikan berkah tersendiri kepada pendiri para kontributornya. Keberadaan para kader binaan yang hafal al-Qur’an dijadikan sebagai modal untuk mendirikan PAUD Mellatena untuk mendidik anak-anak usia dini masyarakat sekitarnya secara gratis dengan program khusus menghafalkan al-Qur’an. Dan yang menikmati program khusus ini pertama kali adalah anak-anak Nasih dan Dody, walaupun sesungguhnya mereka adalah kelinci-kelinci percobaan Balita menghafalkan al-Qur’an, karena masih belum mudah untuk memberikan pengertian kepada para orang tua bahwa anak-anak Batita pun bisa menghafalkan al-Qur’an dengan mudah semudah menghafalkan lagu “Bintang Besar”. Perkembangan baik ini, membuat ibu mertua Nasih terdorong untuk mewakafkan satu rumah yang terletak tidak jauh dari rumah yang disewa oleh Monash Institute. Saat ini, selain menempati satu rumah wakaf tersebut, para kader Monash Institute yang berjumlah lebih dari 150 orang menempati 8 rumah kontrakan.
B.     tujuan KHUSUS
Tujuan khusus Monash Institute adalah membangun persaudaraan, memperkuat jama’ah, dan melahirkam pemimpin. 
C.      ADVOKASI Kader Potensial
Untuk mendapatkan kader-kader yang bisa dibina secara super intensif dan diharapkan bisa menjadi pemimpin tangguh di masa depan, rekrutmen dilakukan kepada calon-calon kader yang berasal dari kalangan ekonomi kelas bawah, tetapi memiliki potensi keunggulan komparatif terbaik. Kalangan ekonomi kelas bawah lebih memiliki ketahanan dalam menjalani sistem berat yang diterapkan untuk melakukan internalisasi nilai-nilai dan wawasan yang harus mereka miliki yang bertujuan untuk mengakselerasi kualitas pribadi. Para kader dari kalangan ekonomi kelas bawah tidak memiliki pilihan lain, kecuali tetap menjalani gemblengan luar biasa, jika ingin tetap bisa melanjutkan pendidikan. Berbeda dengan kalangan menengah atas, yang memiliki pilihan lain untuk meninggalkan proses penggemblengan, karena merasa memiliki kemampuan finansial walaupun harus meninggalkan fasilitas yang diberikan oleh Monash Institute. Dalam masa itulah internalisasikan berbagai nilai-nilai positif dan wawasan yang sangat penting dimiliki oleh pribadi-pribadi pemimpin bisa diinternalisasikan, sehingga membuat para kader memiliki kesadaran baru untuk melakukan perjuangan hidup secara lebih keras dan berorientasi lebih jelas. Dengan merekrut calon kader dari kalangan ekonomi kelas bawah, juga berarti telah melakukan advokasi kepada kalangan yang selama ini paling banyak terhalang kepada akses untuk menempuh pendidikan tinggi.
Untuk mendapatkan kader-kader dengan kualitas terbaik, maka informasi tentang program ini disebarkan pada area yang luas. Untuk itu, digunakan berbagai sarana, terutama media sosial FB, Twitter, SMS, Email, dan juga cara-cara lain yang selama ini telah terbukti efektif untuk mendatangkan kader-kader berkualitas dari berbagai penjuru nusantara. Makin banyak pendaftar, maka akan makin ketat persaingan dan yang terekrut kemudian adalah yang terbaik di antara yang baik-baik. Bukan berarti bahwa sistem pendidikan yang ada di Monash Institute diskriminatif, tetapi karena berbagai keterbatasan, dari pendanaan sampai tempat, maka diprioritaskan yang terbaik dan diharapkan mampu menjadi pejuang yang di masa depan mampu memberikan advokasi yang sama atau bahkan lebih besar.
D.     Tiga Kualitas Kader
Sistem pendidikan Monash Institute didesain untuk mengikhtiarkankelahiran kader-kader dengan kualitas ilm al-‘ulama’ (kapasitas keilmuan ilmuan sejati), amwal al-aghniyâ’ (memiliki harta kekayaan sebagaimana orang-orang kaya), dan siyâsat al-mulûk wa al-ma’al’ (kapasitas politik para penguasa dan elite politik). Karena itu, Monash Institute mengfokuskan para kader binaan kepada aktivitas diskusi, menulis di media massa, latihan berwirausaha, dan berorganisasi. Untuk menjaga kualitas aktivitas-aktivitas tersebut, kader-kader binaan haruslah merupakan pribadi-pribadi yang (1) hafal al-Qur’an, (2) mahir membaca kitab kuning, (3) biasa menulis, dan (4) istiqamah dalam mengembangkan kemampuan berwirausaha. Dengan kualifikasi ini, setiap diskusi, aksi, dan publikasi akan berkualitas, karena memiliki referensi yang cukup dan pemikiran-pemikiran yang diajukan telah dikonstruksi dalam tulisan dan baik. Dan dengan kemampuan wirausaha, mereka yang awalnya merupakan penerima zakat, diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan menjadi pembayar zakat.
Diskusi dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi terhadap seluruh khazanah intelektual tanpa mengenal sekat-sekat disiplin keilmuan. Tidak ada dikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Aksi, secara umum, merupakan aktivitas untuk mengorganisir kelompok-kelompok sosial sebagai kekuatan penekan terhadap para pengambil kebijakan-kebijakan politik, agar selalu berada jalur yang benar dan tidak menyeleweng/korup. Sedangkan publikasi menjadi sarana untuk membuat apa yang didiskusikan dan yang menjadi isu dalam aksi diketahui masyarakat luas, sehingga juga ikut mendapatkan pencerahan. Untuk menopang publikasi, seluruh kader wajib memiliki kemampuan menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan opini yang impresif dan layak muat oleh media massa, terutama media massa cetak. Nilai lebih kemampuan ini adalah mendapatkan keuntungan material, karena setiap tulisan yang dimuat oleh media massa biasanya mendapatkan honorarium. Dari sinilah, para kader Monash Institute bisa mengupayakan kemandirian finansial dari orang tua.
Kader-kader binaan Monash Institute, baik sebagai individu maupun secara kolektif, diharapkan menjadi pelopor dalam revolusi sosial-politik. Sedangkan untuk melakukan revolusi tersebut, diperlukan sinergi dari tiga kekuatan, yaitu: intelektual yang tercerahkan (raushan fikr), kaum pengusaha (bazari), dan militer (askari). Karena itu, para kader dilatih untuk memiliki keterampilan untuk menjadi pengusaha-pengusaha tangguh, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan berdikari dalam ekonomi. Dengan kemandirian ekonomi, setiap kader yang dihasilkan oleh Monash Institute akan mampu menjalankan pengabdian optimal kepada masyarakat dan mampu menjadi pemimpin sejati, karena tidak akan ada kekuatan-kekuatan atau pihak-pihak lain yang memberikan pengaruh negatif disebabkan oleh beban moral yang disebabkan oleh “hutang material”. Dengan kemandirian ekonomi, aktivitas politik yang seringkali juga membutuhkan finansial besar, bisa dijalani dengan tanpa beban.
E.      Sistem DEMOKRASI MERITOKRATIS
Monash Institute dikelola sebagai lembaga pendidikan dan organisasi yang modern. Kepemimpinan di dalamnya diselenggarakan dengan sistem demokrasi meritokratis. Kepemilikan suara ditentukan oleh prestasi dan kapasitas personal kader. Semakin tinggi prestasi dan kualitas kader, memiliki semakin banyak suara yang bisa digunakan untuk mempengaruhi pengelolaan internal organisasi Monash Institute.Sistem ini berbeda dengan sistem demokrasi pada umumnya yang berprinsip satu orang satu suara (one person one vote). Sistem ini didasarkan kepada pemikiran bahwa individu dengan kualitas-kualitas di atas rata-rata tidak bisa dan tidak boleh disamakan dengan individu-indivu lain yang berkualitas biasa-biasa saja. Tujuan sistem ini adalah agar penentu kebijakan-kebijakan di Monash Institute adalah orang-orang yang memiliki wawasan dan kualitas moral yang terbaik. Di samping itu, sistem ini akan memacu setiap kader untuk menambah kualitas individu. Sebab, semakin banyak kualitas yang berhasil diraih, maka akan bisa dikonversi menjadi suara yang digunakan untuk menentukan kebijakan internal Monash Institute.
Adapun faktor-faktor yang menentukan kepemilikan suara adalah sebagai berikut:
1.      Jumlah hafalan al-Qur’an: Setiap satu juz hafalan al-Qur’an dikonversi menjadi 1 suara.
2.      Jumlah tulisan di media massa: Setiap 10 tulisan dikonversi menjadi  1 suara.
3.      Jenjang pendidikan: setiap jenjang pendidikan (S1, S2, dan S3) dikonversi menjadi 5 suara.
4.      Jenjang perkaderan organisasi ekstra kampus (basic training, intermediate training, dan advance training) yang diikuti: Setiap jenjang dikonversi menjadi 1 suara.
Walaupun telah menerapkan sistem demokrasi meritokratis, tetapi Pembina Monash Institute memiliki hak veto. Hak veto ini diberlakukan apabila tetap muncul kebijakan atau kesepakatan yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan kebutuhan Monash Institute untuk kebaikan bersama.

F.      Program Yang Telah Berjalan
1.     Beasiswa Kuliah
Monash Institute memberikan beasiswa berupa biaya kuliah dan tempat tinggal kepada para kader yang memenuhi syarat dan ketentuan.
Syarat:
1)     Lulus SMU atau sederajat.
2)     Berusia maksimal 19 tahun.
3)     Sehat jasmani dan rohani (dilakukan test secara khusus).
4)     Menguasai bahasa Arab (mampu membaca kitab kuning).
5)     Memiliki karakter dan/atau rekam jejak sebagai pemimpin organisasi (OSIS, Kepemudaan, dll).
6)     Berat badan: laki-laki 55-67 kg dan perempuan 45-55 kg.
7)     Tinggi badan: laki-laki 163-175 dan perempuan 152-170.
* Khusus yang telah hafal Alquran 30 juz, syarat pada point 5-7 tidak berlaku.
Ketentuan:
1)     Bersedia diasramakan selama proses perkaderan
2)     Menyelesaikan hafalan al-Qur’an dalam waktu 1,5 tahun pada awal masa perkaderan
3)     Bersedia melanjutkan pendidikan sampai program doktor (S3) dengan tanpa terputus.
4)     Menikah setelah pendidikan program doktor (S3) selesai (diperkirakan usia 28 tahun). Khusus untuk perempuan diperbolehkan menikah setelah pendidikan S2 selesai.

2.     Hak, Kewajiban, dan Sanksi
Selama masa perkaderan, setiap kader Monash Institute berhak, berkewajiban, dan bisa dikenai sanksi:
Hak:
a)     Biaya pendidikan di perguruan tinggi sampai selesai pada semester VIII.
b)     Asrama/tempat tinggal selama menempuh pendidikan
Kewajiban:
a)     Mengikuti seluruh agenda yang telah dicanangkan.
b)     Menjalankan seluruh tata tertib yang telah ditetapkan.
c)      Menyelesaikan pendidikan S1 pada maksimal semester VIII.
d)     Langsung melanjutkan studi S2 setelah lulus S1, dan menyelesaikannya paling lambat semester IV.
e)     Langsung melanjutkan studi S3 setelah lulus S2, dan menyelesaikannya paling lambat semester VIII.
Sanksi:
a)     Jika peserta program menghentikan proses kaderisasi ini dengan alasan apa pun, maka yang bersangkutan wajib mengembalikan dua kali lipat dari total biaya yang telah dikeluarkan oleh Monash Institute.
b)     Jika melakukan pelanggaran berat terhadap tata tertib, maka yang bersangkutan akan dikeluarkan dengan sanksi sebagaimana dalam point 1.
G.     Kaderisasi Super Intensif
1.     Aktivitas Keseharian
Senin-Jum’at
No.
Waktu
Agenda
Keterangan
1.       
04.00-04.30
Bangun tidur & shalat shubuh berjama’ah.
Imam terjadwal
2.       
04.30-06.00
Setoran hafalan al-Qur’an dan diskusi buku.
Setoran kepada para mentor hafalan al-Qur’an.
3.       
06.00-17.30
Aktivitas Kampus

4.       
17.30-18.00
Persiapan shalat maghrib berjama’ah
Imam terjadual
5.       
18.00-19.00
Khuthbah tematik
Tiap kelompok terdiri atas maksimal 25 orang
6.       
19.00-19.15
Shalat ‘isya’ berjama’ah
Imam terjadual
7.       
19.15-21.00
1. Diskusi kelompok
2. Kajian Kitab Kuning (Hadits, Fikih, dan Tasawuf)
Tema-tema telah ditentukan. Kitab: Bulugh al-Maram, al-Bidayah wa al-Nihayah, dan Bidayat al-Hidayah
8.       
21.00-22.30
Aktivitas kecenderungan fokus
Bebas memilih
9.       
22.30-04.00
Istirahat: Shalat tahajjud


Sabtu-Ahad
No.
Waktu
Agenda
Keterangan
1.       
04.00-04.30
Bangun tidur & shalat shubuh berjama’ah.
Imam:
Dr. Mohammad Nasih
2.       
04.30-06.00
Kajian Tafsir Jalalayn
Pengajar:
Dr. Mohammad Nasih
3.       
06.00-07.30
Kerja bakti: Membersihkan lingkungan dan menanam sayur mayur di kebun Monash Institute
Dipimpin oleh Menteri Perkebunan
4.       
07.30-09.00
Mandi dan merapikan milik pribadi

5.       
09.00-11.30
Pelatihan Jurnalistik: Fokus menulis opini media massa
Mentor, disciples semester I-V
6.       
13.00-15.00
Laporan perkembangan penulisan skripsi
Khusus disciples semester V.
7.       
15.00-17.30
Aktivitas Organisasi Ekstra Kampus

8.       
17.30-18.00
Persiapan shalat maghrib berjama’ah
Imam:
Dr. Mohammad Nasih
9.       
18.00-20.00
Kajian Tafsir Jalalayn
Bersama
Dr. Mohammad Nasih
10.   
20.00-20.15
Shalat ‘isya’ berjamaah
Imam:
Dr. Mohammad Nasih
11.   
20.15-21.00
Diskusi tematik
Tema ditentukan
12.   
21.00-22.30
Aktivitas kecenderungan fokus
Bebas memilih
13.   
22.30-04.00
Istirahat: Shalat tahajjud


2.     Deskripsi Agenda
Setoran Hafalan al-Qur’an: Membaca al-Qur’an dengan tanpa melihat teks di hadapan para mentor. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa hafalan para kader telah bagus dan ketika setoran kepada Pembina Monash Institute tidak membutuhkan waktu lama.
Khuthbah: Bukan khithabah (pidato). Dalam khuthbah (jum’at), terdapat duduk di antara dua khuthbah dan juga syarat dan rukun yang harus dikuasai. Jika mampu melakukan khuthbah, bisa dipastikan mampu melakukan khithabah. Dilakukan setelah maghrib agar setelah khuthbah bisa menggunakan shalat isya’ sebagai perumpamaan shalat jum’at.
H.    Anggaran dana beasiswa
Untuk menyelenggarakan program ini, diperlukan alokasi dana biaya pendidikan peserta program sampai lulus pada semester VIII. Asumsi besar biaya setiap bulan yang diperlukan untuk satu orang kader adalah sebagai berikut:
No.
Keperluan
Biaya
Biaya Persemester
1.
SPP
Rp. 250.000,00
Rp. 1.500.000,00
2.
Asrama
Rp. 250.000,00
Rp. 1.500.000,00
3.
Konsumsi & Akomodasi
Rp. 350.000,00
Rp. 2.100.000,00
4.
Pelatihan Organisasi
Rp.  50.000,00
Rp.    300.000,00

Total
Rp. 900.000,00
Rp. 5.400.000,00

I.       Rencana Strategis
a.       Setiap tahun menambah jumlah kader dengan cara menambah jumlah penerima beasiswa dan merekrut kader non-beasiswa. Area rekrutmen diperluas ke seluruh daerah di Indonesia dengan mencari kader-kader terbaik di seluruh penjuru nusantara.
b.      Membangun berbagai amal usaha, baik yang berorientasi advokasi sosial-pendidikanmaupun bisnis. Orientasi pertama dilakukan dengan memperkuat sistem pendidikan PAUD Islam Mellatena. Sedangkan yang kedua dengan memperluas jaringan Pusat Inkubasi Pendidikan dan Usaha (PINPUS) Monash Institute. Penguatan bisnis diperlukan untuk memperkuat pendanaan Monash Institute untuk memenuhi kebutuhan finansial dalam menyelenggarakan proses pendidikan di Monash Institute dan menambah jumlah penerima beasiswa.
c.       Selalu melakukan perbaikan sistem rekrutmen, pola pendidikan dan pelatihan, dan memulai untuk menerima pihak-pihak lain untuk bekerja sama, terutama sebagai penyandang dana.Dengan adanya pihak lain yang ikut berpartisipasi dalam pendanaan, maka proses kaderisasi kepada lebih banyak kader akan bisa dilakukan.
d.      Menambah asrama dengan membangun gedung empat lantai di belakang Fakultas Dakwah IAIN Walisongo dan membeli rumah-rumah di dekat kampus IAIN Walisongo. Penambahan asrama sangat diperlukan mengingat jumlah kader akan terus meningkat. Saat ini, Monash Institute telah memiliki tanah seluas 400 M2.
e.       Mendirikan cabang-cabang Monash Institute di dekat kampus-kampus excellent: UI Depok, UIN Ciputat, UGM dan UIN Yogyakarta, Unibra dan UIN Malang untuk mendapatkan kader-kader dengan disiplin ilmu yang lebih beragam dan berkualitas lebih baik.
J.        Kader-KADER SENIOR Monash Institute
a.       Mukharrom Asysyabab (Lulus S2 Hukum Undip 2011, Ketua Umum GPII Jawa Tengah, Wakil Ketua KNPI Jateng, Ketua Pemuda Bulan Bintang Jateng)
b.      Ristam Matswaya (Lulus S2 Kependidikan Unnes 2011, Sekretaris Umum GPII Jawa Tengah, Wakil Ketua KNPI Jateng, Kepala SD Gergaji Semarang)
c.       Mansur Syarifuddin (Lulus S2 Kajian Islam IAIN Walisongo 2014, Direktur Biro Haji dan Umrah Monash Institute)
d.      Kaidddin Sahir (Mahasiswa Pascasarjana Undip, Semarang)
e.       Muhammad Abu Nadlir (Mahasiswa Pascasarjana UNDIP)
f.        Faedurrahman (Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta, dosen dan Staff Wakil Ahli Direktur STEBANK Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara).
g.       Misbahul Ulum (Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta, dosen dan Staff Wakil Ahli Direktur STEBANK Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Staff Ahli Bidang Komunikasi Politik di DPR RI)
h.      Ayis Mucholik (Mahasiswa Pascasarjana S3 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta).
i.         Sunjoyo (Lulus Pascasarjana UNNES 2013).
j.         Hajjah Yuliani Salisah (Mahasiswa Pascasarjana UNNES, Guru PAUD Islam Mellatena)

Lampiran:
Profil Dr. Mohammad Nasih (Pembina Monash Institute)
Oleh: Mokhamad Abdul Aziz
Disciple/Mahasantri angkatan 2011 Monash Institute

Bagi penulis, Dr. Mohammad Nasih adalah guru utama (spiritual) sekaligus inspirator-motivator dalam hidup. Lahir di desa pelosok yang tidak terlihat dalam peta, Desa Mlagen, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang, tidak membuatnya merasa rendah diri. Nasih justru tumbuh menjadi sosok yang dikagumi orang-orang di sekelilingnya. Ibarat pelita yang menerangi gelapnya malam, kini Nasih menjadi pencerah atas gelapnya habbit umat Islam di Indonesia. Alumnus Tafsir Hadits Institute Agama Islam Negeri Walisongo (sekarang UIN Walisongo) Semarang ini sering diundang dalam diskusi atau seminar ke daerah-daerah di Indonesia. Kapasitasnya sebagai pengajar di program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) dan FISIP UMJ menjadikan dirinya dikenal luas oleh para akademisi di negeri ini, terlebih dalam bidang politik.
Putra dari pasangan Mohammad Mudzakir (alm) dan Hj. Chudzaifah itu secara formal memang lebih dikenal sebagai ilmuwan daripada yang lain. Ini berdasar atas dicapainya gelar doktor dalam bidang ilmu politik di Universitas Indonesia (2010) dan menjadi pengajar di perguruan tinggi, serta menjadi penceramah di banyak forum.
Karier Dr. Mohammad Nasih bisa dikatakan cukup akseleratif. Hal ini disebabkan oleh pengalaman organisasi yang matang semasa masih menjadi mahasiswa. Pemuda kelahiran 1 April 1979 itu aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), orgaisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia. Di HMI, Nasih telah melahap habis seluruh strukturtural, mulai dari tingkat komisariat, korkom, cabang, hingga Pengurus Besar HMI. Selain itu, ia juga aktif di Gerakan Pemuda Islam (GPI) dan pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat GPI (2006-2010). Pada 2006, Nasih terpilih sebagai Presidium Pengurus Pusat MASIKA ICMI (2006-2011). Segudang pengalaman itulah, ditambah kecerdasan tidak biasa yang dimilikinya, mengantarkan Nasih dikenal sebagai sosok politisi yang punya idealisme tinggi sampai saat ini.
Perbaikan dari Pinggir
Namun, seiring dengan kondisi perpolitikan Indonesia yang semakin hari kian kacau, dan sadar bahwa peranannya (yang seorang diri) tidak cukup untuk memperbaiki semua itu, Nasih memutuskan untuk tidak hanya terjun di dunia politik. Harus ada revolusi mental terhadap orang-orang baik untuk masuk ke dalam dunia politik secara bersama-sama, sehingga diharapkan mampu memperbaiki Indonesia ke depan melalui gerkan “revolusi dari atas”. Ia akhirnya memilih jalan mendaki lagi sulit, yaitu dengan cara memberdayakan anak-anak muda (kampung) potensial untuk ditempa menjadi pemimpin berkarakter. Perbaikan dari pinggir ini diwujudkan dengan mendirikan rumah perkaderan Monash Institute—Monash adalah singkatan dari Mohammad Nasih—di Semarang. Kini, ada 150 lebih disciples (sapaan untuk santri di Monash Institute) yang dibina di sana. Merasa ada keberhasilan, Nasih mendirikan Monash Institute Ciputat (MIC) yang berlokasi di sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, dengan sistem yang hampir sana, saat ini ia bersama dengan AM. Fatwa juga sedang mengelola mahasiswa-mahasiswi yang kuliah di Stebank Syafrudin Prawiranegara dengan pembinaan super intensif.
Berdirinya rumah perkaderan itu menjadikan Mohammad Nasih harus bolak-balik Jakarta-Semarang setiap minggunya. Selain karena harus mengajar-memantau disciples di rumah perkaderannya itu, Nasih juga memanfaatkan waktu ke Semarang untuk bertemu dengan keluarganya yang juga berada di Semarang. Nasih yang telah menikah dengan Oky Rahma—seorang dokter spesialis anak, yang tidak lain merupakan putri dari dosesnnya ketika kuliah di UIN Walisongo Semarang, yakni Prof. Dr. Sri Suhandjati—pada 2010 lalu, kini telah dikaruniai dua orang anak, Atena Hokma Denena dan Atena Hekmata Mellatena. Nasih sering mengatakan, jika kepulangannya ke Semarang adalah untuk bertemu dengan anak-anak biologis, juga anak-anak ideologis kesayangannya, dan tentu saja juga isteri tercintanya. Karena itulah, Nasih menjalani aktivitas yang padat itu dengan penuh semangat kenabian. (Ada logika yang terbalik dalam paragraf ini? Mungkin memang disengaja ya).
Kesibukan mengkader anak-anak muda sebenarnya telah ia lakukan saat masih mahasiswa, yaitu menjadi instruktur di Himpunan. Pengalaman panjang soal perkaderan itulah yang membuat Nasih memiliki banyak cara dan strategi untuk melahirkan kader-kader tangguh di masa yang akan datang. Satu hal yang menjadikannya berbeda dengan ilmuwan, politisi, atau pedidik saat ini adalah ia seorang hafidh (penghafal al-Qur’an). Bukan cuma penghafal, tetapi dengan kemampuannya memahami al-Qur’an, Nasih juga berusaha menerapkan nilai-nilai qur’ani dalam kehidupan, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, anak-anak ideologis, maupun orang-orang di sekeliling yang mencintainya. Sehingga, segala hal yang dikatakan dan paradigma yang diberikan olehnya “selalu” berdasarkan pada al-Qur’an. Inilah yang kemudian menjadikan Mohammad Nasih menjadi sosok yang dikagumi oleh banyak kalangan.
Terlahir dari keluaga hafidh-hafidhah, membuat Nasih sangat akrab dengan kitab suci agama Islam itu sejak kecil. Jangan heran jika saat ini Nasih termasuk orang yang sangat fundamental dengan al-Qur’an. Fundamental yang rasional, bukan kolot lho ya. Pemahamannya yang komprehensif terhadap al-Qur’an membuat Nasih yakin betul bahwa hanya al-Qur’an (dan Hadits) lah yang layak dijadikan pedoman hidup seluruh umat manusia, bukan yang lain. Paradigma inilah yang berusaha terus ditanamkan Nasih kepada anak didiknya dan seluruh orang-orang yang dekat dengannya, sehingga muncul istilah qur’anic habbit. Dimulai dari diri sendiri dan keluarganya, qur’anic habbit ini juga ia terapkan di rumah perkaderan Monash Institute, bahkan menjadi tag line; Monash Institute: Exellent with al-Qur’an.
Kematangan Pemikiran
Pandangan Mohammad Nasih mengenai qur’anic habbit ini jangan dikira muncul begitu saja. Namun, semua itu berangkat dari pencarian panjangnya. Nasih memang telah hafidh al-Qur’an sejak masih SMA dan ketika nyantri di Pondok Pesantren Annur, Lasem. Namun, hal itu ternyata bukan jaminan untuk tidak “kafir”. Setelah lulus SMA, lalu melanjutkan kuliah di UNNES dan IAIN Walisongo Semarang, serta masuk di HMI yang memiliki kultur menganjurkan kebebasan berpikir, membuat Nasih mengalami guncangan pemikiranHal ini disebabkan oleh kegemarannya mengkonsumsi buku-buku yang ditulis para ilmuwan Barat, sehingga mereka sangat mempengaruhi cara berfikir Nasih kala itu. Bahkan, gara-gara itu, Nasih pernah sampai pada pemikiran bahwa al-Qur’an itu buatan Muhammad, bukan wahyu dari Tuhan. Karena itulah, Nasih pernah dikafirkan oleh teman-temannya. Bahkan yang lebih parah, cara berpikir yang demikian itu terdengar oleh ibunya yang ditinggal di Rembang, sehingga membuat anak-ibu itu terlibat konflik biologis-teologis.
Namun, seiring dengan banyaknya buku-buku bacaan yang berasal dari ulama-ulama muslim yang telah ia “habiskan”, ditambah dengan pengalaman-pengalaman spiritual yang didapatkannya, akhirnya cara berpikir Nasih lama kelamaan mengalami perubahan, dan bahkan kayakinannya terhadap al-Qur’an lebih MANTAP, dibandingkan sebelumnya. Paradigma yang satu ini sangat mempengaruhi cara pandangnya terhadap segala sesuatu. Cara pandangnya begitu berbeda. Penulis melihat sendiri perbedaan “keimanan” Mohammad Nasih terhadap al-Qur’an, dari mulai saat penulis awal-awal ke MI (2011) hingga saat ini (2015), sehingga hal itu juga mempengaruhi perubahan sistem, cara berpikir, dan tujuan lembaga perkaderan yang didirikannya.
Salah satunya termanifestasikan ke dalam program Menghafalkan Al-Qur’an 10 Bulan (2014), bahkan baru-baru ini diluncurkan program Tahfidh Al-Qur’an Lima Bulan. Jika sebelumnya proses menghafalkan al-Qur’an dilakukan bersamaan dengan pemberian beasiswa kuliah di perguruan tinggi, melalui program ini disciples diharapkan sudah hafal al-Qur’an (hafidh) sebelum memasuki perkuliahan. Dengan begitu, proses pembelajaran selanjutnya akan lebih fokus pada pendalaman pemahaman al-Qur’an dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, keinginan kuat Mohammad Nasih untuk melahirkan hafidh-hafidhah yang mampu mengatasi problematika umat-bangsa dalam rangka mewujudkan qur’anic habbits untuk Indonesia raya bisa tercapai.
Kini, Mohammad Nasih telah menemukan keyakinannya (baca: haq al-yaqiin), sehingga ke mana-mana, ia selalu meneriakan kebenaran al-Qur’an dan keharusan kita untuk mengikuti ajaran yang ada di dalamnya. Merasa bahwa Monash Institute institute yang didirikan memiliki hasil yang cukup signifikan, ditambah dorongan-dukungan dari keluarga dan teman-temannya, Nasih berkeinginanan membangun Monash-Monash baru di daerah lain di seluruh Indonesia. Tentu saja ini niat yang mulia. Semoga niat baiknya dalam upaya untuk melahirkan pemimpin muda berkarakter qur’ani bisa segera terealisasi.
Di tengah kesibukannya yang luar biasa, Nasih menyempatkan diri untuk menghadiri undangan mengisi program-program televisi nasional. Salah satunya, Nasih bersama Chusnul Mar’iyah, Ph.D., menjadi pengisi program Belajar Islam di MNC Muslim (Channel 97) dengan tema-tema sosial, ekonomi, dan pendidikan yang ditayangkan tiap Senin pukul 20.00 WIB. Tentu saja yang dibicarakan tidak jauh dari qur’anic habbit, yang meliputi segala persaolan di dunia iniSelain itu, sesekali Mohammad Nasih juga memberikan perspektif terkait situasi perpolitikan nasional di TV One, JakTV, MUTV, dan media-media lainnya. Namun, bagi Nasih yang utama adalah perkaderan. Mengelola perkaderan lebih menyenangkan daripada tampil bersama para elite politik negeri ini, meski Nasih sangat mudah bertemu dengan mereka. Padahal, yang kedua itulah yang sangat didambakan oleh kebanyakan orang.
Sekali lagi, jalan yang ditempuh oleh Dr. Mohammad Nasih, M.Si adalah yang sukar lagi mendaki. Mengutip pendapat teman saya Muhammad Ditya Ariyansyah, alumnus STAN yang juga memilih untuk berguru kepada sang doktor hafidh itu:
“Mohammad Nasih adalah salah satu individu yang mengambil pilihan secara sadar untuk berumah di tepi air. Kalaupun sewaktu-waktu timbul ombak yang dapat menyeret dan melenyapkan, hal itu tidak menjadi perhatian utama. Bagi beliau, justru tepi air menyajikan suatu keindahan yang tak terperi. Di salah satu sudut, tertanam tegak pohon kelapa yang melambai-lambai mengikuti irama angin. Formasi karang terbentuk di sudut lain tepi air, memecah ombak-ombak kecil yang datang. Tak jarang, sinar matahari kala terbit dan tenggelam semakin memperindah tepi air. Selain keindahan, tepi air memberikan kemudahan untuk mengakses samudera politik yang memiliki kekayaan alam melimpah ruah. Oleh karena itu, banyak individu lain yang juga memutuskan untuk berumah di tepi air. Sayangnya, tidak semua individu mempunyai tujuan yang baik. Bahkan, mayoritas individu berumah di tepi air agar kekayaan alam samudera dapat dieksploitasi untuk kepentingan pribadi maupun golongan.”
Tidak ada perjuangan yang tidak sulit. Jika mudah, namanya bukan lagi perjuangan. Namun, dengan tekad kuat yang didasari oleh keimanan yang hanief, tidak mudahnya jalan perjuangan itu akan menjadi kenikmatan dan kebahagiaan, jika dijalani dengan penuh kegembiraan.
Namun, sesempurnanya Mohammad Nasih, tetap beliau adalah seorang manusia biasa, yang tentu saja melakukan kesalahan dan tidak sedikit kekurangan. Tepat di usia ke 36 tahun ini, kita semua berdo’a agar beliau Dr. Mohammad Nasih beserta keluarga selalu diberikan kesehatan dan keselamatan dalam mengarungi kerasnya perjuangan. Kita ingin bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Dimulai dari pinggir ini, kita berharap cita-cita Pak Doktor (dan kita semua) dalam melahirkan pemimpin besar berkarakter qur’ani bisa terwujud. Tentu kita juga mendo’akan agar Dr. Mohammad Nasih terus ditambahkan rezeki yang melimpah lagi barokah oleh Allah Swt. untuk menopang perjuangan yang lebih besar lagi. Hadirnya orang-orang baik yang lebih banyak untuk membantu Dr. Mohammad Nasih dalam membangun long life 'caderitation', tentu juga menjadi harapan kita bersama. Kita berharap ada banyak orang yang mengambil jalan sunyi untuk mewujudkan perbaikan, sebagaimana dilakukan Dr. Mohammad Nasih dkk. Terakhir, semoga anak-anak (biologis maupun ideologis) beliau selalu diberikan kesehatan, kekuatan, dan kesabaran untuk terus menempa diri, agar terus menjadi lebih baik, sebagai upaya untuk membentuk insan cita yang menerapkan qur’anic habbits di dalam kehidupannya. Wallahu a'lam bi al-shawaab.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Data pribadi
    negara Indonesia
    Nama: Arif Hidayat
    Alamat: Jl.ds.lamangkona tawaeli
    Sudah dua tahun sekarang saya telah memberikan kesaksian tentang bagaimana saya meminjam Rp30 juta dari AVANT Loan Company dan beberapa orang meragukan saya karena tingkat penipuan online. AVANT Loan telah memberi saya satu hal lagi untuk tersenyum karena setelah menyelesaikan angsuran pinjaman bulanan yang saya pinjam sebelumnya, saya memohon kepada Ibu Deborah bahwa saya ingin pergi untuk ekspansi bisnis lebih lanjut sehingga saya menyerahkan tambahan Rp250 juta setelah melalui proses hukum saya. pinjaman disetujui oleh manajemen mereka dan saya menerima pinjaman saya dalam waktu kurang dari 2 jam di rekening bank BCA saya. Saya tidak memiliki tantangan dengan bank karena Bu Deborah dan tim manajemen pinjaman terbatas Avant telah dianggap sebagai pemberi pinjaman yang sah sehingga tidak ada masalah sama sekali.
    Untuk pinjaman apa pun, saya sangat merekomendasikan Avant Loans Limited hari ini dan selalu
    e_mail: [avantloanson@gmail.com]

    WhatsApp: +6281334785906

    Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

    BalasHapus
  2. Hai semua

    Nama saya FRADESY RIRITIA, saya berasal dari indonesia, saya ingin menggunakan media ini untuk memberitahu anda semua kebenaran, setiap orang yang anda lihat pada catatan mereka di blog dan laman web ini adalah pencuri (SCAMMERS), saya telah menjadi mangsa cerita mereka dan mereka telah merosakkan hidup saya.
    Saya tidak di sini untuk memberitahu anda kisah bagaimana saya ditipu dan bagaimana saya kehilangan banyak wang kepada mereka.

    Saya di sini untuk memberitahu anda SYARIKAT PINJAMAN sebenar dan sahajalah yang ALLAH hantar untuk mengubah hidup saya, mereka adalah SEMUA PINJAMAN PEMBERIAN GLOBAL, mereka adalah satu-satunya syarikat pinjaman tulen yang diiktiraf dan dibiayai oleh WORLD BANK.

    Mereka adalah satu-satunya syarikat pinjaman tulen, mereka mempunyai syarat dan syarat pinjaman yang cukup besar, untuk menutup semua pinjaman mereka mampu dimiliki dan cepat dilunaskan tidak seperti syarikat palsu lain yang anda lihat di sini dalam talian yang akan mengambil wang anda tanpa mengeluarkan pinjaman anda,
    Tolong jangan tertipu oleh saksi yang mempunyai nombor dan whatsapp indonesia, mereka semua penipu, bagaimana syarikat individu boleh memberi pinjaman ?, itu harus menjadi pertanyaan pertama anda.

    Rakan-rakan saya di Asia, saya mohon anda mendengarkan saya ketika saya bersumpah kepada anda dengan nama Allah, bahawa saya mengatakan kepada anda semua kebenaran, Syarikat ALL GLOBAL GRANT LOAN, satu-satunya syarikat yang boleh dipercayai dan mereka akan memastikan anda menerima pinjaman anda setelah anda menyelesaikan proses pinjaman seperti yang diperlukan.
    Mengapa anda tidak menjadi antara berita baik ini dengan menghubungi mereka segera jika anda SANGAT MENARIK untuk meninggalkan perjuangan kewangan anda dan meningkatkan tahap kehidupan anda, berikut adalah EMAIL allglobalgrantloan@gmail.com.

    Anda bebas menghubungi saya di EMAIL fradesyriritia12@gmail.com saya untuk maklumat lebih lanjut, saya dengan senang hati akan mendengar anda berkongsi kisah kebahagiaan anda sendiri.
    Terima kasih semua, dan semoga ALLAH memberkati SEMUA PINJAMAN PEMBERIAN GLOBAL kerana memberi saya kegembiraan baru ini.

    NAMA Syarikat: SEMUA PINJAMAN GRANT GLOBAL
    EMAIL Syarikat: allglobalgrantloan@gmail.com.
    Whatsapp Syarikat: +1(304)997-4034
    E-mel Saya: fradesyriritia12@gmail.com

    BalasHapus