Ticker

6/recent/ticker-posts

Ketika kebenaran dibungkam opini, saatnya bicara dengan data dan dedikasi.


Semarang, 9 Mei 2025 – Klarifikasi dan Tanggapan Presiden Monasmuda Institute atas Pemberitaan yang Tidak Berdasar. 

Presiden Monasmuda Institute, Muhammad Eden Luqmanul Hakim, akhirnya angkat bicara menanggapi sejumlah pemberitaan yang dinilai menyudutkan dan tidak berdasar terhadap kepemimpinannya. Dalam sebuah wawancara terbuka, ia menyampaikan klarifikasi penting, meluruskan tudingan yang beredar, serta menjelaskan capaian dan prinsip-prinsip yang dipegang selama masa jabatannya.

“Berbicara soal capaian, mari kita bicara data,” tegas Eden. Di bawah kepemimpinannya, proses rekrutmen anggota Disciples mencatat angka tertinggi dalam beberapa masa jabatan terakhir, yakni mencapai 80 orang. Hal ini dikukuhkan oleh Hendra, Ketua PDB MI dari Angkatan 23, yang menyatakan bahwa capaian tersebut bukan sekadar janji, melainkan bukti konkret dari komitmen kepemimpinan.

Tidak hanya fokus pada jumlah, pembinaan karakter juga menjadi sorotan utama. Disciples dibina melalui kegiatan seperti salat Tahajud berjamaah dan mengaji sebelum Subuh selama bulan Ramadan. Ayyub dari Angkatan 23 bersama Asif dari Angkatan 22 menegaskan bahwa program-program tersebut bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah revolusi karakter.

Dalam hal kebijakan, Eden menegaskan bahwa pihaknya terus melakukan evaluasi terhadap sistem yang berjalan. Kebijakan lama seperti penahanan HP dihapus karena dianggap tidak lagi relevan. Sebagai gantinya, Disciples diberi ruang untuk mengelola kepentingan akademik dan organisasi luar dengan sistem perizinan yang lebih manusiawi. Ia juga dikenal aktif hadir dalam berbagai agenda dan memberikan arahan langsung kepada jajarannya. Reza dari Angkatan 23 menyebut bahwa “kehadiran bukan hanya simbol, tapi fondasi dari kepemimpinan.”

Menanggapi tuduhan stagnasi, Eden menolak keras anggapan tersebut. Menurutnya, retorika justru merupakan keterampilan penting yang harus dimiliki pemimpin masa depan. Ia menegaskan bahwa stabilisasi dan pembiasaan adalah bagian penting dari pembentukan kultur Disciples. Mereka yang aktif dalam proses tentu memahami bahwa pembentukan budaya tidak terjadi secara instan.

Terkait perpanjangan masa jabatan, Eden menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil karena adanya krisis regenerasi dan kedisiplinan. Ia menilai bahwa pelantikan pemimpin baru di tengah situasi tersebut bukanlah transisi yang sehat, melainkan sebuah pelarian dari tanggung jawab.

Komitmen terhadap demokrasi dan transparansi juga disoroti. Eden memastikan bahwa seluruh proses pemilu internal didampingi secara serius oleh KPU dan Bawaslu internal. Ia menolak keras segala bentuk sensor terhadap karya atau aspirasi, sejauh tidak melibatkan manipulasi kebenaran. “Menghapus karya seseorang hanya karena berbeda pendapat adalah kezaliman. Di era saya, hal seperti itu tak akan terjadi,” ungkapnya.

Presiden juga tidak tinggal diam menghadapi kritik publik. Ia menyatakan keterbukaan terhadap kritik yang jujur, namun mengingatkan bahwa kritik harus dibedakan dari provokasi pengecut. Terkait isu hoaks atas nama “Luqman,” Eden menegaskan bahwa nama tersebut hanya merujuk padanya, dan penggunaan nama anonim seperti itu menunjukkan lemahnya integritas informasi. “Sangat disayangkan media bisa memuat sumber anonim tak terverifikasi seperti itu,” tambahnya.

Menutup klarifikasinya, Eden menyampaikan pesan mendalam: “Menjadi Presiden bukan soal gaya bicara atau durasi jabatan. Ini soal komitmen, keberanian membuat keputusan sulit, dan kesiapan menghadapi badai kritik. Tapi saya percaya: sejarah akan menilai, dan kebenaran akan bertahan lebih lama dari opini.”

Dengan penyampaian ini, Monasmuda Institute berharap publik mendapatkan gambaran yang lebih utuh dan objektif terhadap dinamika internal serta arah kepemimpinan yang sedang dibangun.

Posting Komentar

0 Komentar